Warna politik Indonesia abu-abu
Terjeratnya presiden PKS menjadi tersangka dalam kasus suap import daging sapi membuat warna poltik di Indoneisa semakin abu-abu, karena lagi-lagi disebabkan oleh kasus korupsi. Hal tersebut membuat masyarakat jadi semakin bingung dalam menentukan dan memberikan kepercayaan pada partai politik yang menjadi peran utama dalam pembangunan dan pemgembangan Negara Indonesia. Korupsi lagi, korupsi lagi!

Benar atau salah itu nanti, KPK mungkin hanya menjalankan tugas pemberantasan saja dan pengadilanlah yang memutuskan. Namun, dampak psikis pasti ada bagi para pendukung PKS, bohong kalau kasus ini tidak mempengaruhi tingkat kepercayaan pendukung PKS, meskipun presiden PKS-nya baru. Apalagi bila nanti dinyatakan bersalah, sudah pasti target yang dicanangkan menjadi tiga besar adalah hal mustahil, kecuali dinyatakan tidak bersalah pada sidang tindak pidana korupsinya nanti dan selesai sebelum tahun 2014..

Selama proses hukum mantan presiden PKS jelas membuat pendukung menjadi ragu dan abu-abu pada pilihannya. Bagaimana bila proses pengadilan tindak pidana korupsi begitu cepat seperti proses penangkapannya dan kemudian dinyatakan bersalah, jelas membuat warna PKS menjadi semakin abu-abu hanya karena 40 miliyar dimata pendukungnya. Prediksi saya, bila mantan prseiden PKS tidak bersalah, proses sidang akan semakin panjang dan bahkan bisa jadi hingga tahun 2014, yaitu tahun yang bertepatan dengan acara pesta demokrasi, PEMILU 2014.

Tidak ada lagi warna hitam atau putih dalam kancah politik di Indonesia, semua sudah menjadi abu-abu. Seperti yang diungkap pada pembicaraan di tvOne semalam, bahwa baru bisa disebut politikus, bila raut atau emosi tidak berubah dalam kondisi apapun, baik itu marah, sedih atau gembira, lurus dan datar-datar saja. Ini membuat semua yang melihat tidak akan mampu membaca arah dan tujuan atau kejadian sebenarnya. Bukankah ini berarti abu-abu, yaitu warna yang sulit didefinisikan. Tidak hitam, tidak putih, atau mungkin bisa jadi berwarna banyak alias mambo seperti istilah yang digunakan pada benang gelasan tempo dulu.

Dinamika politik Indonesia yang dimotori oleh parpol-parpol itu padahal  menentukan perkembangan dan kemajuan negara Indoesiai. Apa jadinya negara ini, bila partai politik bukan saja abu-abu dalam karakter individu sebagai politikus, tapi juga kinerja abu-abu yang diberikan pada negara ini. Bagaimana tidak? Coba kita lihat kenyataan saat ini, dimana banyak partai politik hanya bisa mengumbar janji tanpa bukti, banyak kursi kosong  dan tidur disaat sedang bekerja. Berkata "tidak untuk korupsi", malah banyak yang korupsi. Mengaku bersih, tapi kenapa jadi tersangka pada kasus korupsi?. Bagaimana ini, apakah ini dinamika abu-abu?

Kalau negara Indonesia diurus oleh para politikus yang selalu abu-abu, bagaimana Indonesia kedepannya? Padahal apa kurangnya mereka itu yang memegang kendali di Indonesia ini, terutama bagi parpol-parpol itu. Tapi masih saja melakukan hal tidak terpuji seperti korupsi, semua hanya dibibir. Parahnya lagi bila dalam pengadilan nanti mantan presiden PKS terbukti bersalah, padahal PKS itu terkenal partai yang religi sekali dan sangat anti korupsi. Lantas, bagaimana partai yang lain?

Anggapan abu-abu politik di Indonesia sudah terbukti disaat pilkada DKI Jakarta, dimana koalisi partai seabrek kalah dengan koalisi rakyat dan sosok dari Solo, yaitu Joko Widodo yang bukan siapa-siapa dan apa-apa dalam kancah elit politik di Indoensia. Kesan pada Pilkada DKI Jakarta bukan tidak mungkin berpengaruh pada pemilu 2014 dan Pilpres nanti secara nasional. Ini ditambah kasus demi kasus korupsi dan banyak predikat buruk oleh mereka-mereka dari parpol yang mengendalikan negara ini. Ini membuat pandangan masyarakat menjadi semakin tidak percaya pada partai politik, alias abu-abu.  Walaupun ada, ya sebatas kepercayaan saat menerima sembako atau goban jelang pemilu saja.

Maaf, tidak ada maksud buruk dalam tulisan ini. Ini hanya sekedar curhat sedikit gregetan melihat perkembangan yang itu-itu lagi dipertontonkan oleh para wakil rakyat yang terhormat. Sampai kapan tingkah polah nyentrik para orang-orang terhormat itu berakhir dan menjadi satu warna indah? Jawabannya tidak tahu. Mereka yang terhormat terlalu banyak janji dan tak terbukti. kalau pun terbukti, itu kan untuk kalangan sendiri dan bukan untuk orang banyak pada umumnya.

Negara Indonesia ini padahal negara kaya raya, tapi hasilnya selalu seperti saat ini. Kalau mereka yang terhormat itu tidak abu-abu, Indonesia sudah maju dari dulu. Tidak ada lagi kejadian korupsi oleh yang terhormat, tidak ada lumpur lapindo lain, tidak ada skandal kasus korupsi, tidak ada perang antar kelompok atau kampung. Tapi semua kenyataan yang ada adalah kebalikannya, hasilnya selalu abu-abu oleh tingkah laku abu-abu dari mereka yang terhormat. Kalau tulisan ini salah, mungkin terpengaruh manjadi abu-abu alias tidak jelas.


source : click here

0 komentar:

Posting Komentar