Siapa tokoh kontroversial Negeri laskar Peangi
kalau bukan Basuki Tjahaja Purnama, wakil gubernur DKI Jakarta yang
akrab dipanggil Ahok. Sebutan sebagai tokoh kontroversial menjadi
populer, ketika salah satu stasiun televisi swasta di Jakaarta akan
menggelar ajang 'Anugerah Seputar Indonesia 2013'. Ahok merupakan salah
satu dari tiga nominator kategori tokoh kontroversial versi ajang
tersebut, dimana nominator lainnya adalah: Yusril Ihza Mahendra dan
Abraham Samad.
Ahok terpilih menjadi nominator di ajang tersebut, disebabkan oleh
gerakan reformasi birokrasi yang dilakukannya itu sangat kontroversial.
Sepak terjangnya itu tentunya memberikan dampak positif. Namun tak
sedikit juga yang kontra terhadap gerakannya," tutur Arief, Pemimpin
Redaksi "Seputar Indonesia", Kamis (4/4)
siang, di MNC Tower, Jakarta. Sedangkan Abraham Samad, menurut Arief,
dipilih untuk masuk ke kategori tersebut, jauh-jauh hari sebelum
peristiwa bocornya surat perintah penyidikan KPK mengemuka di berbagai
media massa. Untuk Yusril Ihza Mahendra, tim juri juga menilai
langkah-langkah hukum yang dilakukannya dalam memperjuangkan hak-haknya
pada partai politik yang dipimpinnya, memberi inspirasi bagi banyak
orang.
Sesuai dengan judul tulisan diatas, sebutan Ahok sebagai tokoh
kontroversial Negeri Laskar Pelangi sepertinya tepat sekali. Harus
diakui gebrakan dan cara kerja Ahok
sebagai orang no.2 di Ibukota Negara Indoneisa kadang membuat jantung
berdegup bagi mereka yang pernah bersinggungan langsung dengan Ahok.
Sebut saja notulen yang pernah terkena damprat atau dinas
pekerjaan umum DKI Jakarta, pasti mereka itu merasakan betul
kotroversial Ahok. Bagi mereka tindakan Ahok itu tergolong baru dan
mengejutkan, bahkan mengarah pada rasa sakit hati saat tindakan
kontroversial Ahok terjadi.
Pastinya mereka kaget dengan perubahan birokrasi ala Ahok, yang tembak langsung seperti seorang koboy.
Mereka kaget karena masih terbawa kebiasaan lama asal bapak senang,
sementara hal itu tidak cocok dengan gaya Ahok. Shock, kesal, mengumpat
dalam hati atau dendam mungkin itu yang terjadi bagi mereka yang
merasakan reformasi birokrasi Ahok. Yang jelas, mereka belum siap dan
masih bertahan pada pola lama dan kemudian berhadapan dengan dua
pimpinan yang sama-sama memiliki keunikan dan caranya masing-masing,
yaitu Jokowi dan Ahok.
Sepak terjang Ahok memang membuat sebagian orang setuju, karena membawa
pada perubahan yang lebih baik. Namun, tidak sedikit dari mereka yang
tidak setuju dan bahkan sakit hati melihat gaya kontroversial ala Ahok.
Apa yang ditunjukan dan dilakukan oleh Ahok sebenarnya sangat baik bila
dilihat dari sisi positif, karena sejujurnya belum pernah ada pimpinan
yang gaya birokrasinya seperti Ahok. Kebiasaan baru, yaitu spontanitas
dan transparansi dalam berbagai tempat dipertontonkan Ahok tanpa merasa
takut dan sungkan.
Bila dilihat dari latar belakang budaya Ahok, menurut saya wajar bila Ahok ceplas-ceplos
dengan gaya muda untuk ukuran seorang wakil gubernur. Jadi hal wajar
dan biasa saja bila Ahok itu vokal dan berani. Hal itu beralasan bila
melihat prestasi Ahok sebagai Bupati
Belitung timur pertama setelah pemekaran dari Kabupaten Bangka
Belitung. di tahun 2005. Dibawah kepemimpinannya membuat masyarakat Beltim
dapat menikmati sekolah, karena pendidikan digratiskan Selain
pendidikan, Ahok juga membebaskan biaya berobat bagi warganya. Akses ke
daerah-daerah pedalaman di Beltim terbuka dengan adanya pengaspalan jalan. Ahok juga membantu renovasi rumah-rumah penduduk Beltim yang nyaris roboh. Singkat kata, Beltim
pun mampu berbenah berkat tangan dingin Ahok. Padahal, sebagai
kabupaten baru, kemampuan daerah itu masih sangat terbatas. Alokasi APBD
Beltim saat Ahok mulai memimpin ‘hanya’ Rp 200 miliar. Kantor-kantor
Pemda pun masih banyak yang mengontrak.
Kontroversi Ahok itu wajar saja, karena memang Ahok berhasil merubah Beltim yang penuh keterbatasan pendidikan di tahun 1970-an, menjadi bisa dinikmati oleh seluruh masyarkat Beltim.
Menurut saya meskipun dibilang atau terkesan sombong pun tidak masalah,
karena memang bukan omong kosong apa yang dilakukan oleh Ahok. Seperti
umumnya terjadi di masyarakat yang terkadang memandang hanya dari satu
sisi, hingga menganggap si pemberi sumbangan itu hanya show of force alias pamer. Padahal si pemberi sumbangan itu memang benar-benar ingin menyumbang bukan untuk pamer. Apalagi
dijaman dulu belum pernah ada kepala daerah DKI Jakarta yang berasal
dari Thionghoa dan baru kali ini terjadi pada Ahok yang mendampingi
Jokowi sebagai wakil gubernur DKI Jakarta. Pastilah anggapan miring atau
negatif sebagian orang yang kontra, mulai dari isu agama dan sebagainya
akan muncul menjadi sorotan.
Kemudian pada akhirnya, mereka yang terbiasa asal bapak senang di jajaran pemprov DKI Jakarta terkejut-kejut dengan cara kepemimpinan Jokowi-Ahok, terutama oleh gaya cuek Ahok. Birokrasi ala Ahok ini benar-benar inspiratif bagi calon pemimpin di kemudian hari, karena gaya yang ditunjukan layaknya koboy yang gentlemen satu lawan satu alias fair play. Gaya
seperti Ahok ini lebih baik dibanding gaya pemimpin yang selalu
tersenyum dan senang dipuji. Melihat gaya Ahok, sepertinya Ahok tidak
menutup diri bila dikritik. Saya yakin, tidak ada orang yang hanya mau
mengkritik tapi tidak mau dikritik. Yah konsekuensi itu rasanya ada pada Ahok yang kapan saja bisa dikritik, karena Ahok juga begitu.
Penilaian terhadap Ahok sebagai nominator tokoh kontroversial versi
'anugerah seputar Indonesia 2013' adalah sangat tepat. Seperti
mengingatkan kembali pada daerah asal Ahok, Belitung Timur yang terkenal
dengan Negeri Laskar Pelangi, dimana pada dikisahkan tentang perjuangan
anak-anak di daerah tersebut dalam meraih pendidikan. Begitu pun Ahok
saat ini, berjuang untuk masyarakat DKI Jakarta dengan reformasi
birokrasi yang lain dari lainnya. Entah nominasi itu pencitraan atau
bukan, menurut saya kontroversi reformasi birokrasi Ahok adalah
insporasi dari pemimpin masa depan plus.Maju terus pak Gubernur dan wakil gubenrur, warga Jakarta patut bangga memiliki gubernur dan wakil gubernur seperti Jokowi-Ahok.
source : click here
0 komentar:
Posting Komentar